Ada yg nonton tayangan Kick Andy kemarin? Menurut g tayangan kemarin salah satu tayangan yg sangat memberkati gue. Alasan lainnya krn di situ ada koh Daniel, sebuah nama yg sempat akrab buat g, krn kebetulan koh Daniel suka ngisi sbg pembicara sewaktu g masih bergabung di Persekutuan Mahasiswa di gereja g bertaun-taun silam. G ikutan manggil koko, krn waktu g kenal msh jauh lebih muda duonkk...skr uda estewe yah...hehehe....
Sebelumnya g udah tau tema yg diangkat dlm tayangan Kick Andy kemarin, krn kebetulan salah satu narasumbernya Anne Avantie, sempat diangkat dalam salah satu artikel di koran lokal yg terbit di Semarang. Temanya tt orang2 yg hidupnya sudah mapan tapi tetap terpanggil memberikan waktunya utk mereka yg kekurangan dan membutuhkan uluran tangan. Memang beda antara membaca artikel dg menonton sendiri tayangannya, krn sebuah tayangan menampilan gesture tubuh si narasumber selain ada hal2 yg tidak terekam dalam sebuah tulisan dpt menimbulkan impresi yg berbeda. Hmm..nonton di tipi aja bisa menampilkan persepsi yg berbeda apalg nonton langsung di studio yaks..heheh...
Tayangan diawali oleh Bu Anne Avantie, seorang fashion designer terutama kebaya terkenal.
Belio menceritakan awal perkenalannya dg dunia pelayanan kasihnya utk anak2 penderita hydrocepalus. Dalam hidup seseorang selalu ada titik balik utk melakukan sesuatu hal. Sepanjang tayangan dia berkali2 mengucapkan soal kasih Tuhan yg sudah Tuhan berikan dalam hidupnya, shg dia ingin memberikan kasih yg sama kepada org2 yg membutuhkan. Waktu ditanya pak Andy knp dia mau memberikan waktunya pdhl dia sudah demikian sibuknya, dia tdk dpt memberikan jawaban yg pasti, hanya kasih belaka. Waktu ditanya apakah dia pernah merasa jenuh dg apa yg dilakukannya? Belio menjawab, ada saatnya dia merasa dalam tekanan pekerjaan, sampai2 dia ingin sekali berhenti. Sampai suatu saat, seorang teman memberikan sharingnya bahwa mrk harus kaya shg mereka bisa memberikan lebih banyak dana utk org2 yg membutuhkan.
Ibu Anne Avantie sengaja tidak mendirikan panti asuhan krn dg rumah singgah Kasih Bunda-nya dia merasa akan lebih banyak anak2 yg bisa ditolong, krn tidak harus menghidupi mrk. Skr selain para penderita hydrocepalus sbg fokus utamanya, rumah singgahnya sudah banyak pula menolong kelainan yg laen, spt bibir sumbing, tidak pnya kaki dsb. Siapapun, sebanyak apapun belio tidak pernah menolak anak2, mrk selalu diterima apapun kelainan yg mrk derita.
Di akhir wawancara ketika belio ditanya apa obsesinya, bu Anne menjawab pengin bangun klinik sendiri, spy lebih banyak lagi anak2 yg bisa ditolong dan tidak lagi tergantung dg rumah sakit lain.
Oya Bu Anne jg sempat memanggil Aris, si anak yg menjadi titik balik awal pelayanannya dulu. Skr anak ini udah berumur 10tahun, waktu mengenalnya pertama dulu masih berumur 6 bulan. G merinding waktu bu anne mengajak anak ini bernyanyi Topi Saya Bundar. Tanpa kata2 dia memperagakan lagu tsb dg gerakan. G jg ga tau para penderita hydrocepalus bisa berbicara ato engga.
Kisah kedua diangkat oleh Bp. Budi Suhardi, seorang pilot Singapore Airlines dg rute penerbangan direct Singapore-New York dan Singapore-Los Angeles.
Krn pengabdiannya utk anak2 terlantar konflik Timor Timur di Kupang, belio tercatat sbg salah satu dari 10 orang penerima CNN Heroes taun 2009, mengalahkan ribuan kandidat dari 100 negara klo ga salah. Video penerimaan CNN Heroes Award bisa diliat di sini
Titik balik pelayanannya dimulai dari satu makan malam keluarganya di Singapore. Hari itu mrk sedang merencanakan liburan keliling dunia dg fasilitas penerbangan first class krn pekerjaannya sbg pilot SQ. Nah waktu makan malam tsb televisi di dpn mrk sdg menayangkan keadaan korban konflik Timor Timur th 1999 di mana 1 bungkus mie instan dimakan oleh 12 anak. Waktu menceritakan ini pak Budi tampak tersendat2 menahan haru yg teramat sangat. Terkesan sekali peristiwa itu amat berdampak dlm hidupnya. Meskipun belio tumbuh dlm keluarga yg pas-pasan, krn sejak umur 9th telah ditinggalkan sang ayah krn meninggal dunia, tapi tayangan tsb tetap memberi kesan mendalam. Krn itu selepas SMA belio memutuskan utk melanjutkan pendidikan dimana setelah lulus bisa langsung bekerja dan menjadi pilot Garuda Indonesia menjadi salah satu pilihannya.
Gara2 tayangan itu, atas persetujuan seluruh keluarga mrk membatalkan acara liburan dan menggantinya dg mengunjungi tempat tsb. Langsung malam itu jg belio menulis beberapa imel, mencari donatur dari teman2nya, mulai jam 11 malam - 4 pagi. Sumbangan pertama dia dpt 3000dolar (entah usd ato dolar aussie ngga dijelasin), yg jelas sumbangan tsb datang dari temannya di aussie. Waktu berlalu, diapun berbelanja bnyk barang kebutuhan sehari-hari sampai mencapai 7 ton. Dg mujijat dan pertolongan Tuhan (yg berkali2 dia ucapkan tp tidak dapat disharingkan saat itu krn saking panjangnya), pak Budi memperoleh bantuan dari SQ dan PELNI utk mengirimkan bantuan secara GRATIS. Spt jg bu Anne dlm wawancara tsb pak Budi jg berkali2 mengucapkan syukur atas pertolongan Tuhan. Sampai di Kupang mrk masih berbelanja shg bantuan mrk mencapai 40 ton.
Awalnya keterlibatan mrk hanya sampai di situ. Tapi ternyata panggilan Tuhan menggerakan hatinya utk berbuat lebih, shg akhirnya terbentuk Panti Asuhan Roslin (Nama Roslin merupakan nama anak yatim piatu pertama yg dirawat PA ini). Dan saat ini PA-nya msh menampung 54 anak terlantar, kebanyakan krn ibunya meninggal ato dari keluarga sangat miskin. Suatu kerinduan dan mimpi yg besar dari pak Budi dan keluarga, PA ini dapat menghasilkan anak2 yg kelak akan membangun daerahnya bahkan menjadi pemimpin bangsa. Untuk menghidupi PA ini pak Budi membeli daerah di sekitarnya, shg mereka dpt menanam padi, dan saat ini sejak th 2008 hasil panenan padi sbnyk 2x setaun sudah menyuplai kebutuhan makan mrk sendiri.
Saat ini ketika ke 3 buah hatinya sudah bersekolah di Aussie dan Canada, waktu luangnya bersama istri selalu dipakai utk mengunjungi panti asuhannya di Kupang, shg rumahnya di Singapore maupun Jakarta hanya menjadi rumah transit belaka.
Kisah terakhir diangkat oleh Bp. Daniel Alexander. Buat temen2 kristiani pasti mengenal sosok 1 ini, sdh lama namanya identik dg pelayanan di tanah Papua, tanah yg sangat kaya tapi waktu koh Dan (panggilan akrabnya) mengunjunginya buat pertama kali sangat gelap dan terbelakang.
Titik balik pelayanannya di sana dimulai dari suatu hari saat di Pasadena, Amerika dia membaca sebuah buku yg berjdl From Jerusalem to Irian Jaya. Isi buku tersebut sangat menggugah hatinya dan menjadikan dia sangat ingin mengunjungi sebuah pulau yg ada di negaranya sendiri. Buat apa jauh2 pelayanan ke kota2 besar di dunia klo ternyata di negaranya sendiri sebenernya sangat membutuhkan dirinya. Ditinggal ayah di usia 9 taun jg, sehingga hidup mrk berkekurangan, menjadikan koh Dan sosok yg peduli dg sesama.
Waktu datang pertama kali di Papua th 1989 keadaannya msh sangat parah, gelap, terbelakang dan tidak ada pendidikan. Spt pepatah mengatakan : Bagai anak ayam mati di lumbung padi, sangat pas diterapkan di sini. Krn Papua pulau yg sangat kaya tapi tidak ada yg mengelola dg benar, shg rakyatnya banyak yg meninggal krn penyakit dan kelaparan. Bersama istrinya yg warga Canada, dia memulai pelayanan dlm bid pendidikan di sana. Dg bendera LSM PESAT satu demi satu sekolah TK - SMA didirikan sejak tahun 1995. Dan sampai sekarang sudah mencapai 35 sekolah berasrama yg tersebar di 9 kabupaten di Papua. dan untuk masuk ke sana harus antri. Waktu ditanya knp istrinya mau tinggal di Papua, ternyata itu emang komitmen pernikahan mrk. 2 hari setelah menikah mrk langsung menuju ke Papua.
Kini setelah hampir 2 dasa warsa, koh Dan dan sekolah yg didirikannya telah menghasilkan generasi pertama yg sudah kuliah di tahun ke-2. Satu cita2 dan harapan keluarga, mrk dpt menghasilkan generasi yg kelak akan membangun Papua menjadi lebih berkembang. Waktu di Kick Andy pak Daniel mengajak beberapa anak Papua hasil dari sekolah yg didirikannya.
Sekedar catatan, semua kegiatan yg mrk (Anne Avantie, Budi Suhardi dan Daniel Alexander) lakukan, seluruhnya didukung secara all out oleh keluarga mereka, baik itu pasangan hdp maupun anak2 mrk. Mrk tidak sibuk sendiri sampai keluarga mrk terbengkalai, shg kegiatan mrk tidak menjadi akar pahit dlm hubungan kekeluargaan mrk.
Moral of story Kick Andy kali ini : seringkali kita tdk mengerti bahwa kehidupan mrk yg sudah mapan tanpa melakukan sesuatu pun sebenernya mrk dpt menikmati hidup mrk, tapi mrk justru menggantinya dg mau berpayah2, menyumbangkan banyak hasil kerja mrk di bidang sosial. Fasilitas yg harusnya mrk terima utk menikmati hidup, mrk gunakan utk melayani org lain. Krn berkali2 yg mrk ungkapkan dalam wawancara tsb, hanya krn kasih belaka. Ngga ada tujuan lain ato penghargaan lain selain bersyukur klo melihat org lain berbahagia. Krn semua hasil itu ngga bisa dibayar dg harta dan popularitas.
Pasti banyak di antara kita yg merasa tidak pny dana cukup utk melakukan hal yg sama. Ngga apa, tapi setidaknya klo kita berbuat sesuatu yg baek biarlah kita tidak mengharapkan feed back berupa materi belaka, tp lebih pada ketenangan hati dan jiwa kita. Biar dari sedikit yg bisa kita buat mendatangkan manfaat buat org lain yg menerimanya....
Tayangan diawali oleh Bu Anne Avantie, seorang fashion designer terutama kebaya terkenal.
Belio menceritakan awal perkenalannya dg dunia pelayanan kasihnya utk anak2 penderita hydrocepalus. Dalam hidup seseorang selalu ada titik balik utk melakukan sesuatu hal. Sepanjang tayangan dia berkali2 mengucapkan soal kasih Tuhan yg sudah Tuhan berikan dalam hidupnya, shg dia ingin memberikan kasih yg sama kepada org2 yg membutuhkan. Waktu ditanya pak Andy knp dia mau memberikan waktunya pdhl dia sudah demikian sibuknya, dia tdk dpt memberikan jawaban yg pasti, hanya kasih belaka. Waktu ditanya apakah dia pernah merasa jenuh dg apa yg dilakukannya? Belio menjawab, ada saatnya dia merasa dalam tekanan pekerjaan, sampai2 dia ingin sekali berhenti. Sampai suatu saat, seorang teman memberikan sharingnya bahwa mrk harus kaya shg mereka bisa memberikan lebih banyak dana utk org2 yg membutuhkan.
Ibu Anne Avantie sengaja tidak mendirikan panti asuhan krn dg rumah singgah Kasih Bunda-nya dia merasa akan lebih banyak anak2 yg bisa ditolong, krn tidak harus menghidupi mrk. Skr selain para penderita hydrocepalus sbg fokus utamanya, rumah singgahnya sudah banyak pula menolong kelainan yg laen, spt bibir sumbing, tidak pnya kaki dsb. Siapapun, sebanyak apapun belio tidak pernah menolak anak2, mrk selalu diterima apapun kelainan yg mrk derita.
Di akhir wawancara ketika belio ditanya apa obsesinya, bu Anne menjawab pengin bangun klinik sendiri, spy lebih banyak lagi anak2 yg bisa ditolong dan tidak lagi tergantung dg rumah sakit lain.
Oya Bu Anne jg sempat memanggil Aris, si anak yg menjadi titik balik awal pelayanannya dulu. Skr anak ini udah berumur 10tahun, waktu mengenalnya pertama dulu masih berumur 6 bulan. G merinding waktu bu anne mengajak anak ini bernyanyi Topi Saya Bundar. Tanpa kata2 dia memperagakan lagu tsb dg gerakan. G jg ga tau para penderita hydrocepalus bisa berbicara ato engga.
Kisah kedua diangkat oleh Bp. Budi Suhardi, seorang pilot Singapore Airlines dg rute penerbangan direct Singapore-New York dan Singapore-Los Angeles.
Krn pengabdiannya utk anak2 terlantar konflik Timor Timur di Kupang, belio tercatat sbg salah satu dari 10 orang penerima CNN Heroes taun 2009, mengalahkan ribuan kandidat dari 100 negara klo ga salah. Video penerimaan CNN Heroes Award bisa diliat di sini
Titik balik pelayanannya dimulai dari satu makan malam keluarganya di Singapore. Hari itu mrk sedang merencanakan liburan keliling dunia dg fasilitas penerbangan first class krn pekerjaannya sbg pilot SQ. Nah waktu makan malam tsb televisi di dpn mrk sdg menayangkan keadaan korban konflik Timor Timur th 1999 di mana 1 bungkus mie instan dimakan oleh 12 anak. Waktu menceritakan ini pak Budi tampak tersendat2 menahan haru yg teramat sangat. Terkesan sekali peristiwa itu amat berdampak dlm hidupnya. Meskipun belio tumbuh dlm keluarga yg pas-pasan, krn sejak umur 9th telah ditinggalkan sang ayah krn meninggal dunia, tapi tayangan tsb tetap memberi kesan mendalam. Krn itu selepas SMA belio memutuskan utk melanjutkan pendidikan dimana setelah lulus bisa langsung bekerja dan menjadi pilot Garuda Indonesia menjadi salah satu pilihannya.
Gara2 tayangan itu, atas persetujuan seluruh keluarga mrk membatalkan acara liburan dan menggantinya dg mengunjungi tempat tsb. Langsung malam itu jg belio menulis beberapa imel, mencari donatur dari teman2nya, mulai jam 11 malam - 4 pagi. Sumbangan pertama dia dpt 3000dolar (entah usd ato dolar aussie ngga dijelasin), yg jelas sumbangan tsb datang dari temannya di aussie. Waktu berlalu, diapun berbelanja bnyk barang kebutuhan sehari-hari sampai mencapai 7 ton. Dg mujijat dan pertolongan Tuhan (yg berkali2 dia ucapkan tp tidak dapat disharingkan saat itu krn saking panjangnya), pak Budi memperoleh bantuan dari SQ dan PELNI utk mengirimkan bantuan secara GRATIS. Spt jg bu Anne dlm wawancara tsb pak Budi jg berkali2 mengucapkan syukur atas pertolongan Tuhan. Sampai di Kupang mrk masih berbelanja shg bantuan mrk mencapai 40 ton.
Awalnya keterlibatan mrk hanya sampai di situ. Tapi ternyata panggilan Tuhan menggerakan hatinya utk berbuat lebih, shg akhirnya terbentuk Panti Asuhan Roslin (Nama Roslin merupakan nama anak yatim piatu pertama yg dirawat PA ini). Dan saat ini PA-nya msh menampung 54 anak terlantar, kebanyakan krn ibunya meninggal ato dari keluarga sangat miskin. Suatu kerinduan dan mimpi yg besar dari pak Budi dan keluarga, PA ini dapat menghasilkan anak2 yg kelak akan membangun daerahnya bahkan menjadi pemimpin bangsa. Untuk menghidupi PA ini pak Budi membeli daerah di sekitarnya, shg mereka dpt menanam padi, dan saat ini sejak th 2008 hasil panenan padi sbnyk 2x setaun sudah menyuplai kebutuhan makan mrk sendiri.
Saat ini ketika ke 3 buah hatinya sudah bersekolah di Aussie dan Canada, waktu luangnya bersama istri selalu dipakai utk mengunjungi panti asuhannya di Kupang, shg rumahnya di Singapore maupun Jakarta hanya menjadi rumah transit belaka.
Kisah terakhir diangkat oleh Bp. Daniel Alexander. Buat temen2 kristiani pasti mengenal sosok 1 ini, sdh lama namanya identik dg pelayanan di tanah Papua, tanah yg sangat kaya tapi waktu koh Dan (panggilan akrabnya) mengunjunginya buat pertama kali sangat gelap dan terbelakang.
Titik balik pelayanannya di sana dimulai dari suatu hari saat di Pasadena, Amerika dia membaca sebuah buku yg berjdl From Jerusalem to Irian Jaya. Isi buku tersebut sangat menggugah hatinya dan menjadikan dia sangat ingin mengunjungi sebuah pulau yg ada di negaranya sendiri. Buat apa jauh2 pelayanan ke kota2 besar di dunia klo ternyata di negaranya sendiri sebenernya sangat membutuhkan dirinya. Ditinggal ayah di usia 9 taun jg, sehingga hidup mrk berkekurangan, menjadikan koh Dan sosok yg peduli dg sesama.
Waktu datang pertama kali di Papua th 1989 keadaannya msh sangat parah, gelap, terbelakang dan tidak ada pendidikan. Spt pepatah mengatakan : Bagai anak ayam mati di lumbung padi, sangat pas diterapkan di sini. Krn Papua pulau yg sangat kaya tapi tidak ada yg mengelola dg benar, shg rakyatnya banyak yg meninggal krn penyakit dan kelaparan. Bersama istrinya yg warga Canada, dia memulai pelayanan dlm bid pendidikan di sana. Dg bendera LSM PESAT satu demi satu sekolah TK - SMA didirikan sejak tahun 1995. Dan sampai sekarang sudah mencapai 35 sekolah berasrama yg tersebar di 9 kabupaten di Papua. dan untuk masuk ke sana harus antri. Waktu ditanya knp istrinya mau tinggal di Papua, ternyata itu emang komitmen pernikahan mrk. 2 hari setelah menikah mrk langsung menuju ke Papua.
Kini setelah hampir 2 dasa warsa, koh Dan dan sekolah yg didirikannya telah menghasilkan generasi pertama yg sudah kuliah di tahun ke-2. Satu cita2 dan harapan keluarga, mrk dpt menghasilkan generasi yg kelak akan membangun Papua menjadi lebih berkembang. Waktu di Kick Andy pak Daniel mengajak beberapa anak Papua hasil dari sekolah yg didirikannya.
Sekedar catatan, semua kegiatan yg mrk (Anne Avantie, Budi Suhardi dan Daniel Alexander) lakukan, seluruhnya didukung secara all out oleh keluarga mereka, baik itu pasangan hdp maupun anak2 mrk. Mrk tidak sibuk sendiri sampai keluarga mrk terbengkalai, shg kegiatan mrk tidak menjadi akar pahit dlm hubungan kekeluargaan mrk.
Moral of story Kick Andy kali ini : seringkali kita tdk mengerti bahwa kehidupan mrk yg sudah mapan tanpa melakukan sesuatu pun sebenernya mrk dpt menikmati hidup mrk, tapi mrk justru menggantinya dg mau berpayah2, menyumbangkan banyak hasil kerja mrk di bidang sosial. Fasilitas yg harusnya mrk terima utk menikmati hidup, mrk gunakan utk melayani org lain. Krn berkali2 yg mrk ungkapkan dalam wawancara tsb, hanya krn kasih belaka. Ngga ada tujuan lain ato penghargaan lain selain bersyukur klo melihat org lain berbahagia. Krn semua hasil itu ngga bisa dibayar dg harta dan popularitas.
Pasti banyak di antara kita yg merasa tidak pny dana cukup utk melakukan hal yg sama. Ngga apa, tapi setidaknya klo kita berbuat sesuatu yg baek biarlah kita tidak mengharapkan feed back berupa materi belaka, tp lebih pada ketenangan hati dan jiwa kita. Biar dari sedikit yg bisa kita buat mendatangkan manfaat buat org lain yg menerimanya....
Selain tayangan Kick Andy kemarin, sebenernya ada bnyak kisah menyentuh lain yg sering tertayang di sana, tapi g kadang tidak pnya cukup waktu utk menulis di blog g ini. Klo mau liat tayangan2 yg laen silakan kunjungi aja situs Kick Andy di sini