Minggu, April 10, 2005

WHO WANTS BE A MILLIONAIRE

Ada yg suka nonton acara ini?
sebenernya udah beberapa kali g ga ngikutin, salah satu sebabnya RCTI dirumah g bener2 burem, kaga bisa ditonton sejak rumah belakang meninggikan atapnya hiks...tp kemarin malam kebetulan sepupu g iseng2 benerin antena shg sedikit banyak g bisa nongkrongin RCTI, meskipun kualitasnya msh menyedihkan hiks...yg jelas, bisalah didengerin suara dan diliat gambarnya...
nah tayangan kali ini menampilkan AGUS MISYANTO (smoga ngga salah denger....Image hosted by Photobucket.com) dan tayangan kali ini menampilkan episode ke-2 cek 500juta bisa diraih, setelah sekian bulan silam seorang cewe berhasil menyelesaikan hingga 500juta jg....
yang bikin banyak orang terkagum2 ampe ngasih standing applause, salah duanya adalah : dia berpendidikan STM dan pekerjaan sehari2 adl loper koran dari jam 3sore sampe jam 7pagi........!! Sungguh suatu prestasi yg mencengangkan, ampe Tantowi berkomentar : jgn liat buku dari covernya...
Termasuk g salut ama keberanian anak ini, seorang yg masih muda dan ketika memberi jawaban terkesan santaaaiiii...sekaleee....
Tinggal selangkah lagi dia menyelesaikan pertanyaan terakhir, tp untungnya sekalipun dia terjebak dg pertanyaan terakhir, dia nge-pass, shg dia ngga kehilangan 400jt lebih gara2 kenekadan dia...bedanya ama cewe yg dulu, pertanyaan terakhir yg dia pas sebenernya jawabannya betul, sedangkan Agus ini menge-pass utk jawaban yang salah....untung...banget..!!
Tp bagaimana pun g tetep salut, dikursi penonton ibunya menangis tersedu2, mungkin antara gembira dan bersyukur...dg uang segitu, dg penggunaan yg bijaksana dpt digunakan utk modal usaha dia. Kemungkinan yg laen adl setelah tayangan itu ada banyak orang yg menawari pekerjaan...semoga sukses Agus !!

Selasa, April 05, 2005

SELAMAT JALAN PAUS YOHANES PAULUS II

Mungkin tidak ada satupun umat Katholik yang terkejut mendengar kabar tentang meninggalnya Paus Paulus Yohanes II pada hari Sabtu, 3 April 2005 pukul 21.37 waktu Vatikan (Minggu, 4 April 2005 pukul 02.37 WIB). Beberapa saat sebelum ia meninggal jutaan umat Katholik dari seluruh penjuru dunia tak henti-hentinya mendoakan sosok yang memiliki nama asli Karol Josef Wojtyla Bahkan pihak Vatikan sendiri sebelumnya telah melaksanakan Sakramen Pengurapan yang khusus diberikan kepada seseorang sebelum ia menghadap Sang Pencipta. Hal ini dilakukan mengingat kondisi Paus yang terus memburuk, terutama setelah ia terkena penyakit Parkinson.

Walaupun demikian kepergian Paus yang menjabat sebagai Paus selama 26 tahun ini tetap saja menimbulkan luka yang mendalam bagi umat manusia, bukan hanya bagi orang Katholik. Setelah mother Teresa yang gencar menyuarakan kemanusiaan melalui perbuatannya pergi, kini dunia kehilangan sesosok pemimpin spiritual yang berani menyuarakan jalan Tuhan sekalipun pemimpin yang lain berlawanan dengan dia. Karena keberaniannya bersuara inilah ia pernah ditembak oleh Mehmet Ali Agca, seorang warga Turki di Lapangan Santo Petrus pada tahun 1981 silam. Walaupun kondisinya waktu itu sudah kritis namun Tuhan masih menginginkan dia untuk menyuarakan kebenaran Allah pada umat manusia. Masih membekas dalam ingatan semua orang bahwa dia adalah Paus pertama yang mengunjungi sinagoge untuk bergaul dengan orang Yahudi. Suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Paus sebelumnya. Selain itu Paus Yahones Paulus II juga terkenal karena kedekatannya dengan umat Katholik di seluruh penjuru dunia. Sebanyak 129 negara pernah beliau kunjungi (termasuk Indonesia) dalam perjalanannya sebanyak 170 kali. Tidaklah heran jika kemudian majalah Time pada tahun 1994 menobatkan beliau sebagai "Man of the Year".

Keberaniannya untuk menyuarakan kebenaran Allah inilah yang membuat para pemimpin dunia menaruh hormat pada dirinya. Sekalipun mereka tahu bahwa perbuatan mereka tidak disetujui oleh Paus. Kritikan terakhir Paus yang paling keras ialah penolakannya terhadap invansi militer Amerika terhadap Irak. Namun demikian, Presiden Bush selaku orang yang dikritik tetaplah menganggap Paus sebagai "Inspirasi Bagi Jutaan Warga Amerika dan Dunia".

Sebelum meninggal Paus Paulus Yohanes II yang lahir pada tanggal 18 Mei 1920 ini sempat berpesan, "Sampaikan salam terakhir saya kepada generasi muda."

Selamat jalan Karol Josef Wojtyla.....

dikutip dari milis penjunan dan ditulis oleh : Hardhono

Senin, April 04, 2005

THE PASSION OF THE CHRIST

Postingan ini awalnya g tulis sehari setelah g nonton (lagi) film ini, tp berhubung waktu dipublish tau2 error n g males nulis plus edit2 lagi ya sutralaaahhh....akhirnya g tetep masukin ke blog g ini (diambil dari salah satu milis, yg g rasa tulisannya cukup obyektif sbg seorang penulis Image hosted by Photobucket.com)

Tadi malam (25 Maret 2005) di TransTV diputar kembali film The Passion Of The Christ. Walau dahulu saya pernah menonton film ini, tetapi rasanya tetap miris menyaksikan adegan demi adegan kekerasan ditampilkan. Kejam sekali, sadis sekali. Tak heran, bila banyak orang yang mengkritik film ini karena kekejaman yang ditampilkannya, serta banyak hal yang tidak tercantum dalam Injil karena memang sebagian naskahnya bersumber dari penglihatan Anne Catherine Emerich. Tambahan pula, berbagai aspek dalam film ini 'disesuaikan' dengan tradisi Katolik serta relikui suci seperti kerudung yang dipakai menyeka wajah Kristus.

Nah, apakah dengan segala kritik ini, lantas kita bisa mengatakan bahwa film ini sama sekali tidak layak ditonton, sebuah pengungkapan yang keliru? Mari kita renungkan.

Satu hal yang pertama-tama saya catat adalah: tidak ada ungkapan dari sutradara dan produser film ini (Mel Gibson) bahwa ia sedang menyusun sebuah ajaran atau pengungkapan Injil baru. Ia membuat film, sebagaimana film lain dibuat. Artinya, kita pun harus memandangnya dengan cara yang sama: kita sedang menonton sebuah film, sebagaimana menonton film lain. Sedekat-dekatnya film ini dengan pengungkapan Alkitab, kita tidak dapat mensejajarkan film ini dengan Injil karena memang pembuatnya pun tidak bermaksud begitu

Bila kita pernah terlibat dalam seni drama atau teater, tentu tahu bagaimana ada masalah dalam menginterpretasikan naskah menjadi adegan. Seorang pembuat film mau tidak mau harus mengumpulkan berbagai sumber yang mungkin untuk memvisualkan kata-kata dalam naskah asli, serta menyusun plot demi plot sedemikian rupa agar seluruh film menjadi rangkaian yang bisa dipahami oleh penontonnya. Demikianlah Mel Gibson melakukan risettentang peristiwa penyaliban Kristus, dan tentu saja ia juga mengambil bahan dari luar Injil.

Bisa dibilang, dari screen pertama sudah ada adegan dari luar Injil, yang menggambarkan setiap gerak dan kata-kata yang diucapkan. Kita sebenarnya harus kagum, karena Gibson memakai bahasa Aram dan Latin (bahasa yang dipakai dalam kehidupan Yesus) dalam film ini. Bisakah dibayangkan seperti apa kesulitan para pemeran film The Passion ini? Dan tentu saja, sebagian besar kata-kata yang diucapkan bukan berasal dari Injil (dan jangan lupa:Injil ditulis dalam bahasa Yunani koine). Begitulah bila kita memfokuskan pada segala hal 'diluar Injil' yang ada di film ini.

Tetapi, ketika saya memfokuskan pada berita Injil, saya menemukan bahwa bagian besar dari Injil ditampilkan dengan cermat. Saya menemukan juga bahwa bagian-bagian penting dari Injil juga ditampilkan, walau dalam bentuk kilas balik dari ingatan Yesus, Maria, dan murid-murid (tapi, tentu saja kilas balik itu tidak ada disebut dalam Injil). Dan saya menemukan bahwa makna terpenting yang disampaikan oleh film ini masih setia kepada Injil tentang penderitaan (The Passion) Kristus.

Mungkin ada pula yang protes, mengapa film ini hanya menampilkan bagian penderitaan Kristus? Saya rasa, memang ini maksud pembuatnya. Bukankah judulnya adalah "The Passion of The Christ"? Sah-sah saja kalau isinya tentang penderitaan Kristus, itu pun sudah menjadi film yang panjangnya 2,5 jam.

Sekarang, mengapa sedemikian sadisnya? Pengkritik mengatakan, betapa sadis dan sadisnya film ini. Banyak orang yang tidak tahan menontonnya, adegan sadis di dalamnya membuat perut menjadi mual...sama sekali tidak membawa damai sejahtera. Tak sedikit pula yang muntah, saking tidak tahannya. Beginikah sebuah film yang dipuji oleh Billy Graham? Tidakkah seharusnya film ini dibuat lebih 'santun' dan tidak perlu mengumbar darah dimana-mana, sesuai dengan etika Kristen?

Awalnya, memang saya setuju dengan protes ini. Terus terang, saya sendiri juga merasa beraaaat sekali menontonnya. Namun ketika saya menemukan pendapat seorang ahli medis dalam bukunya Lee Strobel "The Case for Christ", juga membaca ulasan seorang teman dokter yang sama-sama kuliah teologia, saya mulai meragukan pendapat saya sendiri. Mungkin, justru saya yang keliru. Mungkin, justru Mel Gibson telah menampilkan adegan yang paling menyerupai kenyataannya, yang memang kesadisannya mengerikan.

Dan setelah saya mempelajari kembali berita Injil, hanya kesadisan itu yang 'pas' dengan pengungkapan Injil. Kita mungkin tidak menyukainya, kita mungkin lebih senang dengan berita atau penggambaran yang lebih lunak,tetapi Injil bicara dengan kekerasan yang sama dalam kalimat-kalimat yang pendek tetapi tajam. Cobalah memaknai ayat-ayat ini:

Mat 27:26 Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Mat 27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di ataskepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!"
Mat 27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.
Mar 15:19 Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya danberlutut menyembah-Nya.
Luk 22:63 Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya.
Luk 22:64 Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?"
Luk 23:25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapiYesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.
Joh 19:1 Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.

Bisakah kita membayangkannya? Apakah kita hanya bersedia melihat seorang yang dipukul sekali atau dua kali, lalu dibebaskan?

Penelitian sejarah menunjukkan seperti apa kejamnya orang Romawi ketika mereka menyesah korbannya. Alat mereka adalah cambuk dengan kaitan besi dan diganduli bola-bola besi, yang akan merobek dan menghancurkan kulit yang dicambuk. Apakah kita hanya mau melihat Tuhan Yesus yang badannya 'bersih' dan tidak banyak mengeluarkan darah? Dan ketika mereka menancapkan mahkota duri di kepala-Nya, apakah kita ingin duri-duri pada mahkota itu tumpul?

Tidak, mahkota itu mempunyai duri yang runcing dan tajam. Dan bukan saja dikenakan, tetapi juga mereka memukul kepala-Nya dengan buluh (Mat 27:30). Sadis sekali! Apakah kita tahan melihatnya? Film ini menunjukkan adegan pemukulan itu...dan seberapa pun kita tidak suka, inilah yang dialami oleh Kristus. Dia mengalami penderitaan yang hebat, sehingga ketika tibasaat-Nya, Ia lebih dahulu mati. Orang lain yang disalib biasanya dipatahkan kakinya agar cepat mati (karena waktu itu sudah dekat perayaan Paskah), tapi mereka tidak perlu mematahkan tulang-Nya karena Yesus sudah mati lebih dahulu. Penderitaan-Nya terlalu hebat, tubuh-Nya tidak kuat lagi.

Sadis? Ya. Salah? Tidak. Demikianlah dosa-dosa kita mendatangkan kesadisan, bahkan terus terjadi hingga hari ini. Bagi anak-anak Tuhan,akan terasa keterlaluan. Tetapi bagi anak-anak dunia, kesadisan terhadap Kristus bukan hal aneh. Tak sedikit kekejaman yang lebih sadis lagi dilakukan terhadap sesama manusia. Dan film The Passion ini mengingatkan kesadisan itu, sekaligus menunjukkan bagaimana kasih Kristus MELAMPAUI kesadisan manusia, ketika Ia dengan terbata-bata memohon ampun bagi orang-orang yang menyiksa-Nya.

Saya benar-benar tergugah. Jika seseorang didera sedemikian rupa,bagaimana masih ada pikiran untuk memohon ampun bagi orang yang menderanya? Ketika kesadisan dunia sampai pada puncaknya, sampai pada titik yang membuat muak, justru sikap belas kasih Kristus membuat air mata menetes. The Passion menampilkan kesadisan yang "over the edge" tetapi disaat yang sama juga menampilkan belas kasih Kristus yang luar biasa, dengan berkali-kali close up pada mata yang bengkak tetapi memandang dengan penuh kasih sayang. Di situ tidak ada kebencian, tidak ada dendam,tidak ada kemarahan. Di situ hanya ada ketaatan, kata-kata "hamba-Mu siap!" untuk menahan deraan.

Saya kira, inilah berita terbesarnya: bahwa di balik penderitaan yang luar biasa, ada kasih yang lebih besar lagi. Dan Yesus tidak merintih karena tubuh-Nya yang hancur, melainkan merintih ketika Bapa meninggalkan-Nya. "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"

Satu hal lagi dalam renungan ini: bagaimana dengan pemain-pemainnya? Mereka jelas bukan orang-orang kudus. Ada yang menjadi bintang film porno. Betul! Apakah mereka layak untuk memerankan adegan-adegan di film ini?

Satu adegan yang saya ingat, bagaimana tokoh Maria Magdalena (diperankan Monica Belucci) ingat ketika ia menyentuh kaki Kristus, setelah nyaris dilempari batu karena kedapatan berzinah. Kenyataannya, memang Beluccia dalah aktris yang telah menampilkan ketelanjangan, percabulan. Lantas bagaimana? Apakah kita pun hendak menjadi orang-orang yang siap melemparkan batu melalui kata-kata kita?

Saya memilih untuk tidak menghakimi. Kita hanya bisa berharap, mudah-mudahan Belucci menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, serta tidak berbuat dosa lagi. Jika wanita ini, dan siapa pun juga, tidak menerima Kristus, ia akan mati dalam dosa-dosanya. Mungkin Belucci bisa memerankan Maria Magdalena dengan baik, namun kita tidak tahu apakah lalu hidup Belucci akan serupa seperti Magdalena.

Bagaimanapun juga, semua pemeran di The Passion, bahkan juga seluruh kru, bukanlah orang-orang yang tidak berdosa. Dan kita pun sebagai penonton, bukan orang-orang yang kudus tanpa dosa. Penghakiman bukan bagian kita,sedangkan kita pun tahu bagaimana Allah bisa memakai siapa saja untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan menjalankan rencana-Nya. Bagian kita bukan untuk melemparkan batu kepada pemeran The Passion. Bagian kita adalah untuk mempercayai Kristus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat.

The Passion bukan film yang utuh. Pengungkapannya hanya sebagian, belum selesai. Bagi kita ada sambungannya, yaitu berita Injil: Tuhan Yesus telah bangkit dan naik ke Surga. Inilah kemenangan-Nya, dan di dalam kemenangan itu kita bisa bersukacita, bersorak sorai karena Allah. Jika film The Passion diputar pada hari Jumat Agung, itu tepat sekali. Besok (27 Maret2005), kita merayakan Paskah di tempat/Gereja kita masing-masing. Ini adalah sambungan dari film ini, yang melengkapkan seluruh pengungkapan karya Kristus bagi kita. Mari bersorak sorai bagi Dia!

Selamat Paskah! Terpujilah TUHAN!
Salam kasih, Donny (red : penulis)
sementara, g no comment aja deh...krn yg ditulis udah cukup panjang....shallom...Image hosted by Photobucket.com
.